Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 17:7-24 | Bacaan setahun: Ayub 32-33, Ibrani 5
“Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.” (1 Raja-Raja 17:24)
1 Raja-raja 17 : 7-24
Elia dan janda di Sarfat
7 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9 “Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.”
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: “Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.”
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.”
12 Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.”
13 Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.”
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
17 Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi.
18 Kata perempuan itu kepada Elia: “Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?”
19 Kata Elia kepadanya: “Berikanlah anakmu itu kepadaku.” Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya.
20 Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?”
21 Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.”
22 TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.
23 Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: “Ini anakmu, ia sudah hidup!”
24 Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: “Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.”
Ayub 32
Elihu merasa juga berhak untuk mengemukakan pendapat
1 Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.
2 Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,
3 dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.
4 Elihu menangguhkan bicaranya dengan Ayub, karena mereka lebih tua dari pada dia.
5 Tetapi setelah dilihatnya, bahwa mulut ketiga orang itu tidak lagi memberi sanggahan, maka marahlah ia.
6 Lalu berbicaralah Elihu bin Barakheel, orang Bus itu: “Aku masih muda dan kamu sudah berumur tinggi; oleh sebab itu aku malu dan takut mengemukakan pendapatku kepadamu.
7 Pikirku: Biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara, dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hikmat.
8 Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
9 Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.
10 Oleh sebab itu aku berkata: Dengarkanlah aku, akupun akan mengemukakan pendapatku.
11 Ketahuilah, aku telah menantikan kata-katamu, aku telah memperhatikan pemikiranmu, hingga kamu menemukan kata-kata yang tepat.
12 Kepadamulah kupusatkan perhatianku, tetapi sesungguhnya, tiada seorangpun yang mengecam Ayub, tiada seorangpun di antara kamu menyanggah perkataannya.
13 Jangan berkata sekarang: Kami sudah mendapatkan hikmat; hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, bukan manusia.
14 Perkataannya tidak tertuju kepadaku, dan aku tidak akan menjawabnya dengan perkataanmu.
15 Mereka bingung, mereka tidak dapat memberi sanggahan lagi, mereka tidak dapat berbicara lagi.
16 Haruskah aku menunggu, karena mereka putus bicara, karena mereka berdiri di sana dan tidak memberi sanggahan lagi?
17 Akupun hendak memberi sanggahan pada giliranku, akupun akan mengemukakan pendapatku.
18 Karena aku tumpat dengan kata-kata, semangat yang ada dalam diriku mendesak aku.
19 Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa, seperti kirbat baru yang akan meletup.
20 Aku harus berbicara, supaya merasa lega, aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan.
21 Aku tidak akan memihak kepada siapapun dan tidak akan menyanjung-nyanjung siapapun,
22 karena aku tidak tahu menyanjung-nyanjung; jika demikian, maka segera Pembuatku akan mencabut nyawaku.”
Ayub 33
Allah berfirman kepada manusia dengan berbagai-bagai cara
1 “Akan tetapi sekarang, hai Ayub, dengarkanlah bicaraku, dan bukalah telingamu kepada segala perkataanku.
2 Ketahuilah, mulutku telah kubuka, lidahku di bawah langit-langitku berbicara.
3 Perkataanku keluar dari hati yang jujur, dan bibirku menyatakan dengan terang apa yang diketahui.
4 Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.
5 Jikalau engkau dapat, jawablah aku, bersiaplah engkau menghadapi aku, pertahankanlah dirimu.
6 Sesungguhnya, bagi Allah aku sama dengan engkau, akupun dibentuk dari tanah liat.
7 Jadi engkau tak usah ditimpa kegentaran terhadap aku, tekananku terhadap engkau tidak akan berat.
8 Tetapi engkau telah berbicara dekat telingaku, dan ucapan-ucapanmu telah kudengar:
9 Aku bersih, aku tidak melakukan pelanggaran, aku suci, aku tidak ada kesalahan.
10 Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku, Ia menganggap aku sebagai musuh-Nya.
11 Ia memasukkan kakiku ke dalam pasung, Ia mengawasi segala jalanku.
12 Sesungguhnya, dalam hal itu engkau tidak benar, demikian sanggahanku kepadamu, karena Allah itu lebih dari pada manusia.
13 Mengapa engkau berbantah dengan Dia, bahwa Dia tidak menjawab segala perkataanmu?
14 Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.
15 Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur, bila berbaring di atas tempat tidur,
16 maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran
17 untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang,
18 untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.
19 Dengan penderitaan ia ditegur di tempat tidurnya, dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam tulang-tulangnya;
20 perutnya bosan makanan, hilang nafsunya untuk makanan yang lezat-lezat;
21 susutlah dagingnya, sehingga tidak kelihatan lagi, tulang-tulangnya, yang mula-mula tidak tampak, menonjol ke luar,
22 sampai nyawanya menghampiri liang kubur, dan hidupnya mendekati mereka yang membawa maut.
23 Jikalau di sampingnya ada malaikat, penengah, satu di antara seribu, untuk menyatakan jalan yang benar kepada manusia,
24 maka Ia akan mengasihaninya dengan berfirman: Lepaskan dia, supaya jangan ia turun ke liang kubur; uang tebusan telah Kuperoleh.
25 Tubuhnya mengalami kesegaran seorang pemuda, ia seperti pada masa mudanya.
26 Ia berdoa kepada Allah, dan Allah berkenan menerimanya; ia akan memandang wajah-Nya dengan bersorak-sorai, dan Allah mengembalikan kebenaran kepada manusia.
27 Ia akan bernyanyi di depan orang: Aku telah berbuat dosa, dan yang lurus telah kubengkokkan, tetapi hal itu tidak dibalaskan kepadaku.
28 Ia telah membebaskan nyawaku dari jalan ke liang kubur, dan hidupku akan melihat terang.
29 Sesungguhnya, semuanya ini dilakukan Allah dua, tiga kali terhadap manusia:
30 mengembalikan nyawanya dari liang kubur, sehingga ia diterangi oleh cahaya hidup.
31 Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku, diamlah, akulah yang berbicara.
32 Jikalau ada yang hendak kaukatakan, jawablah aku; berkatalah, karena aku rela membenarkan engkau.
33 Jikalau tidak, hendaklah engkau mendengarkan aku; diamlah, aku hendak mengajarkan hikmat kepadamu.”
Ibrani 5
1 Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.
2 Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,
3 yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.
4 Dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun.
5 Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”,
6 sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”
7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Peringatan supaya jangan murtad
11 Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
12 Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
Ketika kekeringan di tanah Israel semakin menghebat, maka sungai Kerit pun menjadi kering. Namun pertanyaannya, mengapa Tuhan tidak membuat sungai Kerit tetap berair dan tetap memakai burung gagak untuk memelihara hidup nabi Elia? Bukankah pemikiran ini sering menjadi pemikiran umum, bahwa: jika di tepi sungai Kerit, Tuhan sudah memelihara, mengapa tidak di tempat itu saja, nabi Elia berada?
Tentu jalan Tuhan bukan jalan kita. Pikiran Tuhan bukanlah pikiran kita. Tuhan memiliki tujuan dan rencana sesuai kehendak-Nya. Keinginan kita adalah kenyamanan hidup kita, sehingga apabila terjadi perubahan hidup, kita tidak mau melihatnya dari maksud dan kehendak Tuhan. Nabi Elia tidak demikian. Ia pergi ke Sarfat, karena Tuhan mempunyai tujuan. Apa tujuan- Nya? Tuhan berkehendak, agar Elia menjumpai seorang janda di Sarfat. Mengapa harus janda di Sarfat, di wilayah Sidon, dan bukan seorang janda di wilayah Israel? Sekali lagi, maksud dan kehendak Tuhan melampaui apa yang kita pikiran. Yang kita tahu dari narasi ini adalah, sebagai hamba Tuhan, nabi Elia taat melakukan perintah Tuhan. Ia tidak berbantah, tetapi segera mengerjakannya.
Kita akan mengerti maksud Tuhan ini, ketika kita membaca narasi ini dan referensi pada kitab lainnya dalam Alkitab. Pertama, melalui janda Sarfat tersebut, Tuhan akan memelihara nabi Elia (ay. 9). Kedua, Tuhan berbelas kasihan kepada siapa Ia berbelas kasih, dan janda Sarfat menjadi pelajaran berharga bagi orang Israel, yaitu umat-Nya sendiri menolak Tuhannya, sedangkan bangsa lain percaya dan menyambut nabi-Nya (bdk. Luk. 4:25-26).
Bagaimana dengan kita hari ini? Marilah kita belajar percaya dan patuh kepada Tuhan. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, janganlah kita kehilangan kesetiaan kita kepada-Nya. Tuhan memiliki banyak cara untuk memelihara Elia, dari sungai Kerit sampai jandi Sarfat. Demikian pula dengan diri kita. Yang terpenting dalam hal ini adalah percaya dan patuh. Kerjakan segala sesuatu yang terbaik sesuai kehendak Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan menyuruh nabi Elia menjumpai janda di Sarfat daripada di Israel? Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari kisah Elia dan Janda Sarfat?
Pokok Doa: Berdoalah kepada Tuhan, agar Ia memberikan kepada Anda dan setiap orang percaya hikmat dan pengertian, sehingga kita dapat memilih langkah yang benar sesuai kehendak-Nya.