Kemenangan Daud

“… bertanyalah Daud kepada Allah … maka bertanyalah lagi Daud kepada Allah … Dan Daud berbuat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya …” (1 Tawarikh 14:10, 14, 16)



Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 14:8-17 | Bacaan setahun: 1 Tawarikh 14

Martin Selman tepat sekali mengatakan bahwa saat Daud menjadi raja atas Yehuda, ia bukan ancaman serius bagi Filistin. Tetapi, ketika telah menjadi raja atas seluruh Israel, tentu kisahnya beda. Menyadari ancaman itu, bangsa Filistin berinisiatif menyerang Daud lebih dulu, dengan harapan mereka bisa menangkap Daud. Meski demikian, kita melihat bahwa dalam dua kali serangan, Allah menolong Daud sehingga Daud bisa mengalahkan bangsa Filistin dengan gilang-gemilang.

Satu hal menarik dalam perikop ini adalah apa yang Daud lakukan saat berada dalam ancaman. Alih-alih bersikap impulsif, Daud bertanya kepada Tuhan. Dalam penyerangan pertama, ia bertanya kepada Tuhan apakah ia harus maju berperang. Dalam penyerangan kedua, Daud kembali bertanya kepada Allah tentang strategi yang harus ia lakukan. Bukan hanya bertanya, penulis Tawarikh juga mencatat bahwa Daud “berbuat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya” (ay. 16). Sebagai ganjarannya, bukan hanya Allah memberikan kemenangan pada Daud, tapi juga membuatnya menjadi termasyhur.

Penulis Tawarikh sebenarnya sedang mengontraskan Daud dengan Saul. Pada 10:13-14, penulis Tawarikh mencatat bahwa Saul bukan hanya tidak mencari kehendak Allah, tetapi juga meminta petunjuk pada arwah. Catatan ini nampak bertentangan dengan 1 Samuel 28:6, yang mencatat bahwa Saul mencari kehendak Allah, hanya tidak mendapatkan jawaban. Kedua catatan ini sejatinya tidak bertentangan. Penulis Tawarikh berbicara mengenai kecenderungan hati Saul secara umum. Sikap Saul yang lebih memilih pergi kepada petenung menunjukkan bahwa dalam hatinya ada percabangan hati yang serius. Ini jelas berbeda dengan kehidupan Daud, yang diwarnai dengan pencarian kehendak Allah dan ketaatan pada-Nya.

Di antara dua tokoh ini, siapa yang akan kita teladani? Kita mungkin tidak mencari petunjuk pada roh jahat, tapi ketika kita menjalani hidup tanpa melibatkan Allah, kita sebenarnya ada dalam posisi yang sama dengan Saul. Bertanya, bertanya (pada Allah), dan taat! Itu adalah kuncinya.

STUDI PRIBADI: Sejauh apa Anda melibatkan Allah dalam hidup? Apakah hanya untuk hal-hal besar? Ataukah mencakup pula hal-hal kecil kehidupan?

Pokok Doa: Doakan agar anak-anak Tuhan selalu melibatkan Allah dalam setiap aspek kehidupannya, juga menyadari bahwa Allah lah Sang Pemilik Kehidupan.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *