“Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah.” (Ayub 1:20)
Bacaan hari ini: Ayub 1:1-22 | Bacaan setahun: Ayub 1
Ayub 1 : 1-22
Kesalehan Ayub dicoba
1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
2 Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
3 Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.
4 Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
5 Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
6 Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.
7 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.”
8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”
9 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
12 Maka firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
13 Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
14 datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: “Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
15 datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”
16 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”
17 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”
18 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
19 maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”
20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
21 katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”
22 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Bayangkan yang Ayub alami! Tentu kita pernah mendengar istilah ini: “penderitaan demi penderitaan datang silih berganti” Penderitaan Ayub datang bertubi-tubi; belum selesai yang satu, ada datang yang lain, bak pepatah “Sudah jatuh ketimpa tangga pula.” Dalam sehari, Ayub kehilangan lembu sapi dan keledainya, kambing dombanya, unta-untanya, bahkan semua anak-anaknya. Menghadapi semua yang datang bertubi-tubi, Ayub kemudian berdiri dan mengoyak jubahnya, mencukur kepalanya sebagai tanda duka yang sangat mendalam.
Di tengah penderitaan yang begitu hebat dan duka yang mendalam, Ayub sujud dan menyembah kepada Tuhan. Ia berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Firman Tuhan menyimpulkan dalam satu kalimat: Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Mengapa Ayub bisa berkata demikian? Bayangkan bila kita di posisi Ayub! Bagaimana Ayub bisa tetap tegar?
Dalam ayat 1, kita menjumpai alasan Ayub bisa berkata demikian. Ayub tidak sama dengan kebanyakan orang. Ayub seorang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Tentu saja kekuatan yang Ayub miliki tidak datang secara tiba-tiba. Kekuatan itu muncul dari relasinya yang begitu intim dan dekat dengan Tuhan, sampai Tuhan pun memujinya di hadapan Iblis.
Penderitaan hidup memang seringkali tidak bisa kita hindari, apa pun penyebabnya. Yang terpenting bukanlah jenis penderitaannya, tetapi seberapa kuat kita membangun iman kita di hadapan Tuhan. Seperti sebuah pohon, tidak peduli sekeras apapun angin itu bertiup, yang penting adalah seberapa dalam akarnya mencengkeram tanah di bawahnya. Mari kita membangun relasi yang dekat dengan Tuhan dan menjaga hidup di hadapan-Nya. Meskipun badai masalah menimpa, kita terus dimampukan untuk tetap percaya dan berpegang kepada Tuhan.
STUDI PRIBADI: Apa saja kehilangan yang Ayub alami, bagaimana ia menyikapi? Mengapa Ayub bisa menghadapi semua itu tanpa kehilangan kepercayaan kepada Tuhan?
Pokok Doa: Marilah kita berdoa agar jemaat Tuhan yang sedang bergumul dalam kesulitan dan penderitaan, diberikan Tuhan anugerah dan kekuatan untuk tetap bersandar kepada Tuhan dan tidak kehilangan imannya.