“Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.” (Ayub 13:4)
Bacaan hari ini: Ayub 13:1-28 Bacaan tahunan: Ayub 13-14
Ayub 13 : 1-28
Ayub membela perkaranya di hadapan Allah
1 “Sesungguhnya, semuanya itu telah dilihat mataku, didengar dan dipahami telingaku.
2 Apa yang kamu tahu, aku juga tahu, aku tidak kalah dengan kamu.
3 Tetapi aku, aku hendak berbicara dengan Yang Mahakuasa, aku ingin membela perkaraku di hadapan Allah.
4 Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.
5 Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.
6 Dengarkanlah pembelaanku, dan perhatikanlah bantahan bibirku.
7 Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?
8 Apakah kamu mau memihak Allah, berbantah untuk membela Dia?
9 Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?
10 Kamu akan dihukum-Nya dengan keras, jikalau kamu diam-diam memihak.
11 Apakah kebesaran-Nya tidak akan mengejutkan kamu dan ketakutan kepada-Nya menimpa kamu?
12 Dalil-dalilmu adalah amsal debu, dan perisaimu perisai tanah liat.
13 Diam! Aku hendak bicara, apapun yang akan terjadi atas diriku!
14 Dagingku akan kuambil dengan gigiku, dan nyawaku akan kutatang dalam genggamku.
15 Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya.
16 Itulah yang menyelamatkan aku; tetapi orang fasik tidak akan menghadap kepada-Nya.
17 Dengarkanlah baik-baik perkataanku, perhatikanlah keteranganku.
18 Ketahuilah, aku menyiapkan perkaraku, aku yakin, bahwa aku benar.
19 Siapa mau bersengketa dengan aku? Pada saat itu juga aku mau berdiam diri dan binasa.
20 Hanya janganlah Kaulakukan terhadap aku dua hal ini, maka aku tidak akan bersembunyi terhadap Engkau:
21 jauhkanlah kiranya tangan-Mu dari padaku, dan kegentaran terhadap Engkau janganlah menimpa aku!
22 Panggillah, maka aku akan menjawab; atau aku berbicara, dan Engkau menjawab.
23 Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu.
24 Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?
25 Apakah Engkau hendak menggentarkan daun yang ditiupkan angin, dan mengejar jerami yang kering?
26 Sebab Engkau menulis hal-hal yang pahit terhadap aku dan menghukum aku karena kesalahan pada masa mudaku;
27 kakiku Kaumasukkan ke dalam pasung, segala tindak tandukku Kauawasi, dan rintangan Kaupasang di depan tapak kakiku?
28 Dan semuanya itu terhadap orang yang sudah rapuh seperti kayu lapuk, seperti kain yang dimakan gegat!”
Ayub 14
Setelah mati tidak ada harapan lagi
1 “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan.
2 Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.
3 Masakan Engkau menujukan pandangan-Mu kepada orang seperti itu, dan menghadapkan kepada-Mu untuk diadili?
4 Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!
5 Jikalau hari-harinya sudah pasti, dan jumlah bulannya sudah tentu pada-Mu, dan batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya,
6 hendaklah Kaualihkan pandangan-Mu dari padanya, agar ia beristirahat, sehingga ia seperti orang upahan dapat menikmati harinya.
7 Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh.
8 Apabila akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu,
9 maka bersemilah ia, setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai.
10 Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia?
11 Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering,
12 demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya.
13 Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula!
14 Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku;
15 maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu.
16 Sungguhpun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku;
17 pelanggaranku akan dimasukkan di dalam pundi-pundi yang dimeteraikan, dan kesalahanku akan Kaututup dengan lepa.
18 Tetapi seperti gunung runtuh berantakan, dan gunung batu bergeser dari tempatnya,
19 seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.
20 Engkau menggagahi dia untuk selama-lamanya, maka pergilah ia, Engkau mengubah wajahnya dan menyuruh dia pergi.
21 Anak-anaknya menjadi mulia, tetapi ia tidak tahu; atau mereka menjadi hina, tetapi ia tidak menyadarinya.
22 Hanya tubuhnya membuat dirinya menderita, dan karena dirinya sendiri jiwanya berduka cita.”
Saat kecil, tentu kita pernah main petak-umpet. Biasanya ada seorang anak menjadi penjaga, dan anak-anak lainnya bersembunyi. Setelah hitungan tertentu, si penjaga harus mencari anak-anak lainnya yang sedang bersembunyi dan harus menemukannya; jika tidak si penjaga akan kembali menjadi penjaga. Dalam hidup ini, untuk menyembunyikan diri dari orang lain atau menyembunyikan suatu perbuatan agar tidak diketahui, adalah hal mudah. Namun sadarkah kita, bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat, apabila Dia tidak mau mengungkapkan kehendak-Nya, maka manusia sebijak apapun tidak akan pernah menyingkapkannya.
Bagi Ayub, di tengah penderitaannya, Allah seakan menjadi Pribadi yang jauh dan tersembunyi darinya. Ayub bertanya, dan bergumul, namun Allah tidak menjawabnya sehubungan dengan penderitaannya. Di masa sulit itu, 4 orang teman Ayub datang, dengan maksud ingin menghibur dan menguatkannya. Ternyata, teman-temannya tidak menjawab pergumulan Ayub, tapi justru semakin menyusahkan Ayub. Oleh karena itu, dalam Ayub 13:4 ini, Ayub mengungkapkan isi hatinya: teman-temannya menuduh dan menghakimi Ayub, dan berkata bahwa penderitaan yang sedang dialami Ayub berasal dari dosanya kepada Allah. Sesungguhnya tidaklah demikian. Tidak selamanya orang percaya menderita karena dosa dan kesalahannya sendiri, namun ada maksud dan kehendak Tuhan di balik penderitaan yang dialami orang percaya.
Sebagai orang percaya sekalipun, kita seringkali sulit untuk memahami kehendak Tuhan dalam pergumulan hidup. Di tengah pergumulan hidup kita yang berkepanjangan, secara manusiawi kita merasa kehendak Allah tersembunyi, kita merasa wajah Allah tersembunyi. Di dalam kondisi seperti ini, kiranya kita belajar untuk tidak cepat-cepat menghakimi diri kita maupun sesama bahwa apa yang kita alami adalah akibat dosa dan kesalahan kita di masa lampau. Dalam kondisi wajah Allah tersembunyi, kiranya menjadi momen kita makin mendekatkan diri pada Tuhan, menjadi pendengar dan pendoa bagi sesama kita yang menderita dan bergumul dalam hidup ini.
STUDI PRIBADI: Apa dosa dan kesalahan Ayub kepada Tuhan yang mengakibatkan dirinya mengalami penderitaan yang sedemikian beratnya?
Pokok Doa: Doakan saudara seiman yang mengalami pergumulan hidup, Tuhan menguatkan mereka. Tuhan memakai setiap kita, bukan menghakimi, namun menjadi kekuatan dan sahabat yang mendengarkan mereka.