“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.” (Ayub 19:25)
Bacaan hari ini: Ayub 19:1-29 | Bacaan tahunan: Ayub 18-19
Ayub 18
Pendapat Bildad, bahwa orang fasik pasti akan binasa
1 Maka Bildad, orang Suah, menjawab:
2 “Bilakah engkau habis bicara? Sadarilah, baru kami akan bicara.
3 Mengapa kami dianggap binatang? Mengapa kami bodoh dalam pandanganmu?
4 Engkau yang menerkam dirimu sendiri dalam kemarahan, demi kepentinganmukah bumi harus menjadi sunyi, dan gunung batu bergeser dari tempatnya?
5 Bagaimanapun juga terang orang fasik tentu padam, dan nyala apinya tidak tetap bersinar.
6 Terang di dalam kemahnya menjadi gelap, dan pelita di atasnya padam.
7 Langkahnya yang kuat terhambat, dan pertimbangannya sendiri menjatuhkan dia.
8 Karena kakinya sendiri menyangkutkan dia dalam jaring, dan di atas tutup pelubang ia berjalan.
9 Tumitnya tertangkap oleh jebak, dan ia tertahan oleh jerat.
10 Tali tersembunyi baginya dalam tanah, perangkap terpasang baginya pada jalan yang dilaluinya.
11 Kedahsyatan mengejutkan dia di mana-mana, dan mengejarnya di mana juga ia melangkah.
12 Bencana mengidamkan dia, kebinasaan bersiap-siap menantikan dia jatuh.
13 Kulit tubuhnya dimakan penyakit, bahkan anggota tubuhnya dimakan oleh penyakit parah.
14 Ia diseret dari kemahnya, tempat ia merasa aman, dan dibawa kepada raja kedahsyatan.
15 Dalam kemahnya tinggal apa yang tidak ada sangkut pautnya dengan dia, di atas tempat kediamannya ditaburkan belerang.
16 Di bawah keringlah akar-akarnya, dan di atas layulah rantingnya.
17 Ingatan kepadanya lenyap dari bumi, namanya tidak lagi disebut di lorong-lorong.
18 Ia diusir dari tempat terang ke dalam kegelapan, dan ia dienyahkan dari dunia.
19 Ia tidak akan mempunyai anak atau cucu cicit di antara bangsanya, dan tak seorangpun yang tinggal hidup di tempat kediamannya.
20 Atas hari ajalnya orang-orang di Barat akan tercengang, dan orang-orang di Timur akan dihinggapi ketakutan.
21 Sungguh, demikianlah tempat kediaman orang yang curang, begitulah tempat tinggal orang yang tidak mengenal Allah.”
Ayub 19 : 1-29
Ayub yakin bahwa Allah akan memihak kepadanya
1 Tetapi Ayub menjawab:
2 “Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?
3 Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa aku.
4 Jika aku sungguh tersesat, maka aku sendiri yang menanggung kesesatanku itu.
5 Jika kamu sungguh hendak membesarkan diri terhadap aku, dan membuat celaku sebagai bukti terhadap diriku,
6 insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jala-Nya atasku.
7 Sesungguhnya, aku berteriak: Kelaliman!, tetapi tidak ada yang menjawab. Aku berseru minta tolong, tetapi tidak ada keadilan.
8 Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap.
9 Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku.
10 Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
11 Murka-Nya menyala terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawan-Nya.
12 Pasukan-Nya maju serentak, mereka merintangi jalan melawan aku, lalu mengepung kemahku.
13 Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku.
14 Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku.
15 Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.
16 Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.
17 Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.
18 Bahkan kanak-kanakpun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
19 Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.
20 Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.
21 Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku, karena tangan Allah telah menimpa aku.
22 Mengapa kamu mengejar aku, seakan-akan Allah, dan tidak menjadi kenyang makan dagingku?
23 Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab,
24 terpahat dengan besi pengukir dan timah pada gunung batu untuk selama-lamanya!
25 Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
26 Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,
27 yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.
28 Kalau kamu berkata: Kami akan menuntut dia dan mendapatkan padanya sebab perkaranya!,
29 takutlah kepada pedang, karena kegeraman mendatangkan hukuman pedang, agar kamu tahu, bahwa ada pengadilan.”
Ketika ada dalam kesusahan dan penderitaan, kehadiran seseorang yang menghibur kita adalah layaknya udara segar. Tapi, kehadiran teman-teman Ayub, yang seharusnya datang menghiburnya malah menghabiskan waktu untuk menghakimi dan mempertanyakan dosa yang telah dilakukannya di hadapan Tuhan, sehingga dia diberikan penderitaan sedemikian mengerikan. Salah satu temannya, Bildad, menghujaninya dengan lebih banyak lagi kata-kata yang yang menghakimi dan mengutuk (pasal 18). Perkataan teman-teman Ayub, tentu menghancurkan hati Ayub yang telah hancur karena kehilangan anak dan harta.
Segera setelah pendapat Bildad, Ayub dengan hampir tidak berdaya berseru, berapa lama lagi Bildad dan yang lain akan menyakiti hatinya dan meremukkannya dengan perkataan (ay. 1). Ayub bahkan memohon supaya dia dikasihani (ay. 21). Seruan Ayub yang meminta belas kasihan bukan hanya ditujukan kepada tiga teman Ayub yang hadir pada waktu itu: Elifaz, Bildad dan Zofar. Ini adalah seruan bagi semua orang di sekitarnya, orang-orang yang menganggap dirinya telah berdosa kepada Tuhan sehingga dikutuk. Meski meratap demikian, sekali lagi Ayub menyadari bahwa dia memiliki Penebus yang hidup. Oleh karena itu, meskipun kulit tubuhnya rusak dan meski tanpa daging, dia akan tetap memandang kepada Tuhan.
Pada akhirnya, dengan penuh percaya diri dan kepastian, Ayub yakin bahwa Allah ada di pihaknya. Menyadari kembali bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Tuhan yang hidup, memampukan Ayub untuk menguasai dirinya tidak mengutuki Allah, oleh sebab penderitaannya. Meskipun anak-anaknya telah meninggal, istri dan teman-temannya meninggalkannya, sedang dia sendiri di ambang kematian, dia masih memiliki harapan yang pasti di tengah dunia yang tidak pasti. Setiap penderitaan dan pergumulan kita sebenarnya bisa menjadi cara supaya kita memiliki relasi yang lebih mendalam dengan Tuhan. Apapun yang kita alami selama di dunia, walau kawan tinggalkan kita, ketahuilah, bahwa Penebus kita hidup dan Dia akan membela perkaramu.
STUDI PRIBADI: Apakah yang dilakukan Ayub ketika semua orang menyalahkannya dan menghakiminya?
Pokok Doa: Berdoa supaya setiap kita tetap kuat menghadapi pergumulan hidup meskipun tidak ada orang yang di pihak kita, tetapi kita tahu Tuhan kita hidup dan Dia lebih besar dari masalah kita.