“Lalu berbicaralah Elihu bin Barakheel, orang Bus itu: Aku masih muda… Oleh sebab itu aku berkata: Dengarkanlah aku, akupun akan mengemukakan pendapatku.” (Ayub 32:6, 10)
Bacaan hari ini: Ayub 32:1-22 | Bacaan tahunan: Ayub 31-32
Ayub 31
Sekali lagi Ayub mengaku tidak bersalah
1 “Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?
2 Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas, milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi?
3 Bukankah kebinasaan bagi orang yang curang dan kemalangan bagi yang melakukan kejahatan?
4 Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala langkahku?
5 Jikalau aku bergaul dengan dusta, atau kakiku cepat melangkah ke tipu daya,
6 biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.
7 Jikalau langkahku menyimpang dari jalan, dan hatiku menuruti pandangan mataku, dan noda melekat pada tanganku,
8 maka biarlah apa yang kutabur, dimakan orang lain, dan biarlah tercabut apa yang tumbuh bagiku.
9 Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku,
10 maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia.
11 Karena hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim.
12 Sesungguhnya, itulah api yang memakan habis, dan menghanguskan seluruh hasilku.
13 Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku,
14 apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?
15 Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?
16 Jikalau aku pernah menolak keinginan orang-orang kecil, menyebabkan mata seorang janda menjadi pudar,
17 atau memakan makananku seorang diri, sedang anak yatim tidak turut memakannya
18 –malah sejak mudanya aku membesarkan dia seperti seorang ayah, dan sejak kandungan ibunya aku membimbing dia–;
19 jikalau aku melihat orang mati karena tidak ada pakaian, atau orang miskin yang tidak mempunyai selimut,
20 dan pinggangnya tidak meminta berkat bagiku, dan tidak dipanaskannya tubuhnya dengan kulit bulu dombaku;
21 jikalau aku mengangkat tanganku melawan anak yatim, karena di pintu gerbang aku melihat ada yang membantu aku,
22 maka biarlah tulang belikatku lepas dari bahuku, dan lenganku dipatahkan dari persendiannya.
23 Karena celaka yang dari pada Allah menakutkan aku, dan aku tidak berdaya terhadap keluhuran-Nya.
24 Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku;
25 jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah;
26 jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya,
27 sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya,
28 maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.
29 Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka
30 –aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! —
31 Jikalau orang-orang di kemahku mengatakan: Siapa yang tidak kenyang dengan lauknya?
32 –malah orang asingpun tidak pernah bermalam di luar, pintuku kubuka bagi musafir! —
33 Jikalau aku menutupi pelanggaranku seperti manusia dengan menyembunyikan kesalahanku dalam hatiku,
34 karena aku takuti khalayak ramai dan penghinaan kaum keluarga mengagetkan aku, sehingga aku berdiam diri dan tidak keluar dari pintu!
35 Ah, sekiranya ada yang mendengarkan aku! –Inilah tanda tanganku! Hendaklah Yang Mahakuasa menjawab aku! –Sekiranya ada surat tuduhan yang ditulis lawanku!
36 Sungguh, surat itu akan kupikul, dan akan kupakai bagaikan mahkota.
37 Setiap langkahku akan kuberitahukan kepada-Nya, selaku pemuka aku akan menghadap Dia.
38 Jikalau ladangku berteriak karena aku dan alur bajaknya menangis bersama-sama,
39 jikalau aku memakan habis hasilnya dengan tidak membayar, dan menyusahkan pemilik-pemiliknya,
40 maka biarlah bukan gandum yang tumbuh, tetapi onak, dan bukan jelai, tetapi lalang.” Sekianlah kata-kata Ayub.
Ayub 32 : 1-22
Elihu merasa juga berhak untuk mengemukakan pendapat
1 Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.
2 Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,
3 dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.
4 Elihu menangguhkan bicaranya dengan Ayub, karena mereka lebih tua dari pada dia.
5 Tetapi setelah dilihatnya, bahwa mulut ketiga orang itu tidak lagi memberi sanggahan, maka marahlah ia.
6 Lalu berbicaralah Elihu bin Barakheel, orang Bus itu: “Aku masih muda dan kamu sudah berumur tinggi; oleh sebab itu aku malu dan takut mengemukakan pendapatku kepadamu.
7 Pikirku: Biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara, dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hikmat.
8 Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
9 Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.
10 Oleh sebab itu aku berkata: Dengarkanlah aku, akupun akan mengemukakan pendapatku.
11 Ketahuilah, aku telah menantikan kata-katamu, aku telah memperhatikan pemikiranmu, hingga kamu menemukan kata-kata yang tepat.
12 Kepadamulah kupusatkan perhatianku, tetapi sesungguhnya, tiada seorangpun yang mengecam Ayub, tiada seorangpun di antara kamu menyanggah perkataannya.
13 Jangan berkata sekarang: Kami sudah mendapatkan hikmat; hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, bukan manusia.
14 Perkataannya tidak tertuju kepadaku, dan aku tidak akan menjawabnya dengan perkataanmu.
15 Mereka bingung, mereka tidak dapat memberi sanggahan lagi, mereka tidak dapat berbicara lagi.
16 Haruskah aku menunggu, karena mereka putus bicara, karena mereka berdiri di sana dan tidak memberi sanggahan lagi?
17 Akupun hendak memberi sanggahan pada giliranku, akupun akan mengemukakan pendapatku.
18 Karena aku tumpat dengan kata-kata, semangat yang ada dalam diriku mendesak aku.
19 Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa, seperti kirbat baru yang akan meletup.
20 Aku harus berbicara, supaya merasa lega, aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan.
21 Aku tidak akan memihak kepada siapapun dan tidak akan menyanjung-nyanjung siapapun,
22 karena aku tidak tahu menyanjung-nyanjung; jika demikian, maka segera Pembuatku akan mencabut nyawaku.”
Dalam bagian ini, Ayub harus menerima kenyataan bahwa hidupnya tidak seindah dulu. Kini hidupnya penuh penderitaan. Ayub merasa penderitaannya itu semakin bertambah berat dan tidak tertahankan, terlebih lagi saat Ayub merasa bahwa sikap Tuhan sudah berubah dengan merendahkannya (11a) dan tidak lagi peduli akan doa-doanya yang mohon pertolongan-Nya (20-23). Apalagi, orang-orang terbuang itu, yakni orang- orang bebal itu ikut-ikutan berupaya menghancurkannya (9-15). Jiwanya hancur dan hari-hari kesengsaraan mencekamnya (16-19). Bahkan orang-orang yang pernah ditolongnya dan pernah merasakan kasihnya, kini tidak peduli akan penderitaan yang dialaminya (24-27). Jemaah, yakni sebagai saudara-saudara seimannya juga bungkam terhadap keluhannya (28).
Demikianlah penderitaan Ayub, yakni penderitaan yang tidak terperi, terlebih ditambah dengan perasaan mengalami penolakan dari Tuhan dan penghinaan dari banyak orang terhadap dirinya, yang dia sendiri tidak paham apa salah dan dosa yang telah ia perbuat. Meskipun demikian, Ayub tetap menerima semuanya, walaupun ia merasakan jiwanya hancur dan ia telah menyerupai debu dan abu (16-18).
Penderitaan yang Ayub alami dan rasakan juga dialami oleh Kristus. Saat Ia harus menjalankan misi dari Allah Bapa-Nya untuk menjadi tebusan bagi dosa manusia. Ia yang benar dan tidak berdosa telah dipersalahkan dan dijadikan dosa (2 Korintus 5:21), sehingga Ia ditinggalkan oleh Allah Bapa-Nya (Matius 27:46). Meski demikian, Kristus tetap taat sampai mati. Demikianlah Kristus menderita demi menyelamatkan kita orang berdosa. Bagaimanakah perasaan kita jika oleh karena kesaksian hidup iman kita, Tuhan mengizinkan kita untuk mengalami berbagai-bagai penderitaan? Ya, betapa berat jika harus mengalaminya. Sungguh, kita tidak akan sanggup menanggungnya. Karena itu, marilah kita serahkan semuanya itu kepada Tuhan. Karena hanya Dialah yang sanggup menolong dan memampukan kita untuk menanggung dan melewati semuanya itu, sehingga kita dapat bertahan dan tetap teguh beriman kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana perasaan kita ketika mengalami penolakan dan penderitaan karena kesaksian iman kita? Apa yang harus kita lalukan saat menghadapi penderitaan?
Pokok Doa: Berdoa agar setiap orang percaya, meskipun harus mengalami berbagai penderitaan oleh karena kesaksian imannya, mereka boleh beroleh kekuatan dalam melewatinya dan tetap teguh beriman kepada Tuhan.