“Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?” (Ayub 40:8)
Bacaan hari ini: Ayub 40:1-9 | Bacaan tahunan: Ayub 39-40
Ayub 39
1 (39-4) Apakah engkau mengetahui waktunya kambing gunung beranak, atau mengamat-amati rusa waktu sakit beranak?
2 (39-5) Dapatkah engkau menghitung berapa lamanya sampai genap bulannya, dan mengetahui waktunya beranak?
3 (39-6) Dengan membungkukkan diri mereka melahirkan anak-anaknya, dan mengeluarkan isi kandungannya.
4 (39-7) Anak-anaknya menjadi kuat dan besar di padang, mereka pergi dan tidak kembali lagi kepada induknya.
5 (39-8) Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang?
6 (39-9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.
7 (39-10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring;
8 (39-11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.
9 (39-12) Apakah lembu hutan mau takluk kepadamu, atau bermalam dekat palunganmu?
10 (39-13) Dapatkah engkau memaksa lembu hutan mengikuti alur bajak dengan keluan, atau apakah ia akan menyisir tanah lembah mengikuti engkau?
11 (39-14) Percayakah engkau kepadanya, karena kekuatannya sangat besar? Atau kauserahkankah kepadanya pekerjaanmu yang berat?
12 (39-15) Apakah engkau menaruh kepercayaan kepadanya, bahwa ia akan membawa pulang hasil tanahmu, dan mengumpulkannya di tempat pengirikanmu?
13 (39-16) Dengan riang sayap burung unta berkepak-kepak, tetapi apakah kepak dan bulu itu menaruh kasih sayang?
14 (39-17) Sebab telurnya ditinggalkannya di tanah, dan dibiarkannya menjadi panas di dalam pasir,
15 (39-18) tetapi lupa, bahwa telur itu dapat terpijak kaki, dan diinjak-injak oleh binatang-binatang liar.
16 (39-19) Ia memperlakukan anak-anaknya dengan keras seolah-olah bukan anaknya sendiri; ia tidak peduli, kalau jerih payahnya sia-sia,
17 (39-20) karena Allah tidak memberikannya hikmat, dan tidak membagikan pengertian kepadanya.
18 (39-21) Apabila ia dengan megah mengepakkan sayapnya, maka ia menertawakan kuda dan penunggangnya.
19 (39-22) Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya?
20 (39-23) Engkaukah yang membuat dia melompat seperti belalang? Ringkiknya yang dahsyat mengerikan.
21 (39-24) Ia menggaruk tanah lembah dengan gembira, dengan kekuatan ia maju menghadapi senjata.
22 (39-25) Kedahsyatan ditertawakannya, ia tidak pernah kecut hati, dan ia pantang mundur menghadapi pedang.
23 (39-26) Di atas dia tabung panah gemerencing, tombak dan lembing gemerlapan;
24 (39-27) dengan garang dan galak dilulurnya tanah, dan ia meronta-ronta kalau kedengaran bunyi sangkakala;
25 (39-28) ia meringkik setiap kali sangkakala ditiup; dan dari jauh sudah diciumnya perang, gertak para panglima dan pekik.
26 (39-29) Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?
27 (39-30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?
28 (39-31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
29 (39-32) Dari sana ia mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati;
30 (39-33) anak-anaknya menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia.”
Ayub 40 : 1-9
Ayub merendahkan diri di hadapan Allah
1 (39-34) Maka jawab TUHAN kepada Ayub:
2 (39-35) “Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? Hendaklah yang mencela Allah menjawab!”
3 (39-36) Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
4 (39-37) “Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan.
5 (39-38) Satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan.”
TUHAN menantang Ayub
6 (40-1) Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:
7 (40-2) “Bersiaplah engkau sebagai laki-laki; Aku akan menanyai engkau, dan engkau memberitahu Aku.
8 (40-3) Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?
9 (40-4) Apakah lenganmu seperti lengan Allah, dan dapatkah engkau mengguntur seperti Dia?
10 (40-5) Hiasilah dirimu dengan kemegahan dan keluhuran, kenakanlah keagungan dan semarak!
11 (40-6) Luapkanlah marahmu yang bergelora; amat-amatilah setiap orang yang congkak dan rendahkanlah dia!
12 (40-7) Amat-amatilah setiap orang yang congkak, tundukkanlah dia, dan hancurkanlah orang-orang fasik di tempatnya!
13 (40-8) Pendamlah mereka bersama-sama dalam debu, kurunglah mereka di tempat yang tersembunyi.
14 (40-9) Maka Akupun akan memuji engkau, karena tangan kananmu memberi engkau kemenangan.”
Lukisan tentang kuda Nil
15 (40-10) “Perhatikanlah kuda Nil, yang telah Kubuat seperti juga engkau. Ia makan rumput seperti lembu.
16 (40-11) Perhatikanlah tenaga di pinggangnya, kekuatan pada urat-urat perutnya!
17 (40-12) Ia meregangkan ekornya seperti pohon aras, otot-otot pahanya berjalin-jalinan.
18 (40-13) Tulang-tulangnya seperti pembuluh tembaga, kerangkanya seperti batang besi.
19 (40-14) Dia yang pertama dibuat Allah, makhluk yang diberi-Nya bersenjatakan pedang;
20 (40-15) ya, bukit-bukit mengeluarkan hasil baginya, di mana binatang-binatang liar bermain-main.
21 (40-16) Di bawah tumbuhan teratai ia menderum, tersembunyi dalam gelagah dan paya.
22 (40-17) Tumbuhan-tumbuhan teratai menaungi dia dengan bayang-bayangnya, pohon-pohon gandarusa mengelilinginya.
23 (40-18) Sesungguhnya, biarpun sungai sangat kuat arusnya, ia tidak gentar; ia tetap tenang, biarpun sungai Yordan meluap melanda mulutnya.
24 (40-19) Dapatkah orang menangkap dia dari muka, mencocok hidungnya dengan keluan?”
Setiap kali naik ke pesawat terbang, saya selalu melirik ke arah kokpit dan berharap bisa melihat sekilas ke dalam. Kokpit pesawat selalu mengagumkan bagi saya. Puluhan tombol, layar, tuas, dan berbagai peralatan elektronik selalu membuat saya terpikat oleh kerumitannya. Saya merasa seolah menjadi penguasa semesta kecil jika saya bisa menguasai kerumitan peralatan itu. Tapi apa daya, saya hanya memahami garis besar logikanya, tapi jauh panggang dari api untuk memahami seutuhnya. Hanya sang pilot dan ko-pilotlah yang menguasai sepenuhnya.
Demikian halnya dengan apa yang diungkapkan TUHAN Allah kepada Ayub dalam bacaan hari ini. Ayub, dalam penderitaannya, merasa bahwa dia tidak layak menerima semua kemalangan ini. Ia memang tidak secara langsung mencela keadilan Allah. Tetapi dengan membenarkan kesalehan hidupnya, secara tidak langsung, ia menuduh TUHAN Allah sudah berlaku tidak adil kepadanya.
TUHAN Allah bertanya kepada Ayub, apakah dia mampu melakukan karya yang telah TUHAN Allah lakukan? Apakah Ayub mampu menang atas kefasikan dengan kekuatannya sendiri? Pertanyaan-pertanyaan retorik ini menunjukkan pada Ayub, dan kita semua bahwa ada limit bagi kemampuan kita sebagai ciptaan Tuhan. Karena Ayub tidak dapat melakukan apa dilakukan TUHAN Allah, TUHAN Allah tidak harus menurut kepada tuntutan Ayub. Ayublah yang harus tunduk kepada TUHAN Allah, bukan sebaliknya. Sebagai makhluk yang hidup dalam dunia ciptaan Allah, kita harus dengan rendah hati menerima rancangan Allah yang berdaulat untuk dunia-Nya.
Sama seperti saya ketika naik di pesawat itu, saya memercayakan sepenuhnya hidup saya kepada-Nya. TUHAN Allah telah memilih dan memakai pilot dan ko-pilot, dengan segala kemampuan dan pengetahuannya tentang rumitnya instrumentasi burung besi raksasa yang saya tumpangi. Saya percaya bahwa dalam kesempurnaan rencana pemeliharaan TUHAN Allah, apapun yang akan terjadi dengan saya adalah seturut dengan kehendak-Nya atas hidup saya.
STUDI PRIBADI: Apapun yang terjadi dalam hidup kita, maukah kita belajar melihat dan berserah kepada luasnya rencana TUHAN Allah yang melampaui akal budi kita?
Pokok Doa: Berdoalah agar TUHAN Allah menolong dan memampukan kita untuk berserah penuh kepada kedaulatan-Nya atas hidup kita.