“Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?” (Ayub 25:4)
Bacaan hari ini: Ayub 26:1-14 | Bacaan tahunan: Ayub 26-27
Ayub 26 : 1-14
Jawab Ayub: Siapa dapat mengerti kebesaran Allah?
1 Tetapi Ayub menjawab:
2 “Alangkah baiknya bantuanmu kepada yang tidak kuat, dan pertolonganmu kepada lengan yang tidak berdaya!
3 Alangkah baiknya nasihatmu kepada orang yang tidak mempunyai hikmat, dan pengertian yang kauajarkan dengan limpahnya!
4 Atas anjuran siapakah engkau mengucapkan perkataan-perkataan itu, dan gagasan siapakah yang kaunyatakan?
5 Roh-roh di bawah menggeletar, demikian juga air dan penghuninya.
6 Dunia orang mati terbuka di hadapan Allah, tempat kebinasaanpun tidak ada tutupnya.
7 Allah membentangkan utara di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada kehampaan.
8 Ia membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek.
9 Ia menutupi pemandangan takhta-Nya, melingkupinya dengan awan-Nya.
10 Ia telah menarik garis pada permukaan air, sampai ujung perbatasan antara terang dan gelap;
11 tiang-tiang langit bergoyang-goyang, tercengang-cengang oleh hardik-Nya.
12 Ia telah meneduhkan laut dengan kuasa-Nya dan meremukkan Rahab dengan kebijaksanaan-Nya.
13 Oleh nafas-Nya langit menjadi cerah, tangan-Nya menembus ular yang tangkas.
14 Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya! Siapa dapat memahami guntur kuasa-Nya?”
Ayub 27
Tidak ada harapan bagi orang fasik
1 Maka Ayub melanjutkan uraiannya:
2 “Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,
3 selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
4 maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya.
5 Aku sama sekali tidak membenarkan kamu! Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah.
6 Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela seharipun dari pada umurku.
7 Biarlah musuhku mengalami seperti orang fasik, dan orang yang melawan aku seperti orang yang curang.
8 Karena apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
9 Apakah Allah akan mendengar teriaknya, jika kesesakan menimpa dia?
10 Dapatkah ia bersenang-senang karena Yang Mahakuasa dan berseru kepada Allah setiap waktu?
11 Aku akan mengajari kamu tentang tangan Allah, apa yang dimaksudkan oleh Yang Mahakuasa tidak akan kusembunyikan.
12 Sesungguhnya, kamu sekalian telah melihatnya sendiri; mengapa kamu berpikir yang tidak-tidak?
13 Inilah bagian orang fasik yang ditentukan Allah, dan milik pusaka orang-orang lalim yang mereka terima dari Yang Mahakuasa:
14 kalau anak-anaknya bertambah banyak mereka menjadi makanan pedang, dan anak cucunya tidak mendapat cukup makan;
15 siapa yang luput dari padanya, akan turun ke kubur karena wabah, dengan tidak ditangisi oleh janda mereka.
16 Jikalau ia menimbun uang seperti debu banyaknya, dan menumpuk pakaian seperti tanah liat,
17 sekalipun ia yang menumpuknya, namun orang benar yang akan memakainya, dan orang yang tidak bersalah yang akan membagi-bagi uang itu.
18 Ia mendirikan rumahnya seperti sarang laba-laba, seperti gubuk yang dibuat penjaga.
19 Sebagai orang kaya ia membaringkan diri, tetapi tidak dapat ia mengulanginya: ketika ia membuka matanya, maka tidak ada lagi semuanya itu.
20 Kedahsyatan mengejar dia seperti air bah, pada malam hari ia diterbangkan badai;
21 angin timur mengangkatnya, lalu lenyaplah ia; ia dilemparkannya dari tempatnya.
22 Dengan tak kenal belas kasihan Allah melempari dia, dengan cepat ia harus melepaskan diri dari kuasa-Nya.
23 Oleh karena dia orang bertepuk tangan, dan bersuit-suit karena dia dari tempat kediamannya.”
Dari segala penderitaan yang dialami Ayub, ujian paling tinggi adalah menghadapi anjuran, nasihat dan desakan ketiga sahabatnya yang begitu menekan jiwa Ayub. Kata-kata dan respons-respons Elifas, Bildad, dan Zofar tidak memberikan penghiburan, sehingga Ayub dengan keras mengatakan mereka sebagai penghibur sialan (Ayub 16:2). Dalam putaran ketiga, Bildad tidak lagi menyerang untuk membuktikan Ayub bersalah.
Dalam Ayub 25 dinyatakan bahwa Bildad memberi ceramah tentang kuasa dan kebesaran Allah, dan dilanjutkan tentang keadilan Allah. Pada akhir ceramah, Bildad mengatakan bahwa tidak ada manusia yang benar, semua manusia berdosa, seperti bernga dan ulat. Tetapi, ceramah Bildad tidak memberi penghiburan dan ketenangan bagi Ayub, sebaliknya Ayub meresponsnya dengan kata-kata yang tajam. Ayub berkata, apa yang dikatakan Bildad, ialah benar, seperti dinyatakan pada ayat 1-3, “Alangkah baiknya bantuanmu kepada yang tidak kuat, dan pertolonganmu kepada lengan yang tidak berdaya! Alangkah baiknya nasihatmu kepada orang yang tidak mempunyai hikmat, dan pengertian yang kauajarkan dengan limpahnya!” Dalam hal ini, Ayub meresponinya dengan nada seolah-olah keheranan dan menghina, “Atas anjuran siapakah engkau mengucapkan perkataan-perkataan itu, dan gagasan siapakah yang kaunyatakan?” (ay. 4). Respons Ayub seperti sebuah serangan balik kepada Bildad.
Bukan itu saja, Ayub bahkan memberi penjelasan yang menakjubkan tentang kebesaran Allah yang berhubungan dengan roh-roh orang mati dan kemudian ia lanjutkan dengan alam semesta. Allahlah yang merupakan Pemilik semuanya ini dan tidak ada yang bukan milik-Nya. Allahlah yang memegang kendali atas seluruh ciptaan-Nya, seperti yang juga dikatakan dalam Ibrani 1:10, “Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.” Dari peristiwa Ayub ini, mari kita mengarahkan pikiran, kehendak, dan hati kita kepada kuasa dan kebesaran Allah, sehingga membuat hati kita menjadi tenang dalam tangan Allah yang kuat dan perkasa.
STUDI PRIBADI: Bagaimana cara agar kita selalu mengarahkan pikiran, hati, dan kehendak kita kepada Allah yang berkuasa dalam kehidupan ketika kita menghadapi kesulitan?
Pokok Doa: Doakanlah jemaat Tuhan agar mereka tetap belajar melihat dan bersandar kepada Allah yang berkuasa dan berdaulat dalam kehidupannya walau di tengah kesulitan yang mereka jalani.