“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:5)
Bacaan hari ini: Mazmur 8:1-10 | Bacaan tahunan: Mazmur 7-8
Mazmur 7
Allah, Hakim yang adil
1 Nyanyian ratapan Daud, yang dinyanyikan untuk TUHAN karena Kush, orang Benyamin itu. (7-2) Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku dan lepaskanlah aku,
2 (7-3) supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, dengan tidak ada yang melepaskan.
3 (7-4) Ya TUHAN, Allahku, jika aku berbuat ini: jika ada kecurangan di tanganku,
4 (7-5) jika aku melakukan yang jahat terhadap orang yang hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang melawan aku dengan tidak ada alasannya,
5 (7-6) maka musuh kiranya mengejar aku sampai menangkap aku, dan menginjak-injak hidupku ke tanah, dan menaruh kemuliaanku ke dalam debu. Sela
6 (7-7) Bangkitlah, TUHAN, dalam murka-Mu, berdirilah menghadapi geram orang-orang yang melawan aku, bangunlah untukku, ya Engkau yang telah memerintahkan penghakiman!
7 (7-8) Biarlah bangsa-bangsa berkumpul mengelilingi Engkau, dan bertakhtalah di atas mereka di tempat yang tinggi.
8 (7-9) TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas.
9 (7-10) Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.
10 (7-11) Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati;
11 (7-12) Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.
12 (7-13) Sungguh, kembali ia mengasah pedangnya, melentur busurnya dan membidik.
13 (7-14) Terhadap dirinya ia mempersiapkan senjata-senjata yang mematikan, dan membuat anak panahnya menjadi menyala.
14 (7-15) Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta.
15 (7-16) Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya.
16 (7-17) Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya.
17 (7-18) Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena keadilan-Nya, dan bermazmur bagi nama TUHAN, Yang Mahatinggi.
Mazmur 8 :1-10
Manusia hina sebagai makhluk mulia
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. (8-2) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.
2 (8-3) Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
3 (8-4) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
4 (8-5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
5 (8-6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
6 (8-7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
7 (8-8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;
8 (8-9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
9 (8-10) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
Ada tiga hal penting yang disampaikan pemazmur dalam mazmur ini. Pertama, ia jelas mengingatkan kita bahwa alam ini adalah hasil karya Allah. Alam ini tidak mungkin terbentuk karena ledakan besar tak beraturan ataupun evolusi yang bersifat acak. Nyatanya, keteraturan alam ini mengisyaratkan bahwa ada desainer cerdas di balik terciptanya keindahannya. Pemazmur menulis bahwa Allahlah yang telah membentuk langit dengan jari-Nya dan menempatkan bulan dan bintang (ay. 4). Ini juga berlaku dengan manusia: Allah yang menciptakan manusia.
Kedua, pemazmur berbicara tentang status manusia yang mulia. Di antara berbagai ciptaan, manusia memiliki tempat yang lebih mulia. Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, dijadikan sebagai penguasa atas segala ciptaan yang lain, baik itu kambing domba dan binatang di padang, maupun atas burung-burung di udara dan ikan di laut. Dengan kata lain, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa manusia adalah mahkota ciptaan. Allah memiliki perhatian yang besar pada manusia.
Ketiga, kemuliaan manusia bersifat derivatif, maksudnya bergantung pada sesuatu yang lain. Kemuliaan manusia bukan sesuatu yang bersifat inheren atau melekat secara alami pada diri manusia. Nilai manusia berasal dari luar dirinya. Allahlah yang menjadikan manusia bernilai. Allahlah yang membuat manusia hampir sama seperti Allah; Allahlah yang memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat; bahkan Allah jugalah yang menjadikan manusia sebagai kepala atas segala ciptaan.
Kebenaran ini penting, khususnya dalam zaman yang mengagung-agungkan kehebatan manusia seperti sekarang ini. Zaman membuat kita berpikir bahwa kita ini penting, sehingga diam-diam kita dibuat menjadi arogan. Zaman juga terus mendorong kita merasa diri cukup hebat dan tidak lagi memerlukan Allah. Di tengah terjangan pemikiran demikian, kita perlu ingat bahwa Allahlah yang membuat kita bernilai. Di luar Allah, kita pada dasarnya bukanlah apa-apa. Bila demikian, bukankah kita perlu terus belajar lebih rendah hati?
STUDI PRIBADI: Apakah Anda juga melihat bahwa dunia tengah mendorong kita menjadi angkuh dan tidak merasa membutuhkan Allah? Bagaimana renungan ini menolong Anda?
Pokok Doa: Doakan agar jemaat Tuhan terus hidup dalam kerendahan hati di hadapan Allah, menyadari bahwa di luar Allah, setiap kita bukanlah apa-apa.