Daud Dan Yonatan

“… Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.” (1 Samuel 23:17)



Bacaan hari ini: 1 Samuel 23:14-28 | Bacaan setahun: 1 Samuel 23-24

Ketika berada dalam pergumulan yang berat, salah satu hal yang setidaknya menghibur perasaan kita adalah mendapatkan kalimat- kalimat penghiburan dari orang terdekat kita. Tentu kalimat tersebut bukanlah sekadar basa-basi, tetapi merupakan satu bentuk empati yang menenangkan pikiran kita yang berkecamuk. Meski kalimat penghiburan tersebut tidak serta-merta menyelesaikan masalah, namun kita seolah mendapatkan semangat untuk menghadapi hal tersebut sebab kita tahu ada orang lain yang mendukung kita.

Daud yang hidup dalam pelarian karena hendak dibunuh oleh Saul tiba di padang gurun Zif. Sekalipun ia percaya bahwa Allah ada di pihaknya, situasi tetap mengharuskannya untuk terus lari dari kejaran Saul. Di dalam kondisi itulah, ia bertemu dengan Yonatan, anak Saul. Uniknya, Yonatan justru lebih mendukung Daud dibandingkan ayahnya. Penghiburan yang diberikan oleh Yonatan bukan hanya sekadar kalimat penghiburan belaka, melainkan sebuah penegasan kembali akan janji Allah kepada Daud. Janji Allah itulah yang menegur sekaligus menguatkan Daud untuk tidak gentar dan kehilangan harapan meski hidup dalam pelarian. Mereka pun mengikat perjanjian di hadapan TUHAN sebelum berpisah (ay. 18). Sikap Yonatan jauh berbeda dengan orang Zif yang justru melaporkan Daud kepada Saul. Namun, pengejaran Saul pada akhirnya juga tidak membuahkan hasil dan Daud pun dapat melarikan diri sekali lagi.

Kehidupan sebagai anak-anak Tuhan pun tidak luput dari pergumulan dan masalah. Layaknya Daud, kita pun menerima janji-janji Allah seperti difirmankan dalam Alkitab. Meski demikian, masalah dan pergumulan bukan berarti harus dihadapi seorang diri. Tuhan menempatkan orang-orang dalam komunitas kita sebagai perpanjangan tangan-Nya untuk menghibur kita. Meski mereka bukanlah orang yang sempurna, Tuhan dapat memakai mereka untuk menguatkan dan meneguhkan kita dalam masa-masa sulit tersebut. Kiranya kita tidak menutup diri atau menjauhkan diri dari saudara-saudara seiman yang Tuhan percayakan di sekitar kita.

STUDI PRIBADI: Sudahkah kita menghargai saudara seiman yang Tuhan percayakan bagi kita? Sudahkah kita menjadi saudara seiman yang peduli kepada mereka yang bergumul?

Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan mempertemukan dan mempererat relasi kita dengan sahabat-sahabat spiritual yang dapat menjadi rekan kita dalam perjalanan mengikut Kristus. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *