“Kesalkah engkau, bila orang mencoba berbicara kepadamu? Tetapi siapakah dapat tetap menutup mulutnya?” (Ayub 4:2)
Bacaan hari ini: Ayub 4:1-2 | Bacaan setahun: Ayub 4
Ayub 4
Elifas menegur Ayub
1 Maka berbicaralah Elifas, orang Teman:
2 “Kesalkah engkau, bila orang mencoba berbicara kepadamu? Tetapi siapakah dapat tetap menutup mulutnya?
3 Sesungguhnya, engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan;
4 orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan;
5 tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau terkejut.
6 Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu?
7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?
8 Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.
9 Mereka binasa oleh nafas Allah, dan lenyap oleh hembusan hidung-Nya.
10 Singa mengaum, singa meraung–patahlah gigi singa-singa muda.
11 Singa binasa karena kekurangan mangsa, dan anak-anak singa betina bercerai-berai.
12 Suatu perkataan telah disampaikan kepadaku dengan diam-diam dan telingaku menangkap bisikannya,
13 waktu bermenung oleh sebab khayal malam, ketika tidur nyenyak menghinggapi orang.
14 Aku terkejut dan gentar, sehingga tulang-tulangku gemetar.
15 Suatu roh melewati aku, tegaklah bulu romaku.
16 Ia berhenti, tetapi rupanya tidak dapat kukenal. Suatu sosok ada di depan mataku, suara berbisik-bisik kudengar:
17 Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?
18 Sesungguhnya, hamba-hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nyapun didapati-Nya tersesat,
19 lebih-lebih lagi mereka yang diam dalam pondok tanah liat, yang dasarnya dalam debu, yang mati terpijat seperti gegat.
20 Di antara pagi dan petang mereka dihancurkan, dan tanpa dihiraukan mereka binasa untuk selama-lamanya.
21 Bukankah kemah mereka dicabut? Mereka mati, tetapi tanpa hikmat.
Bacaan hari ini mengungkapkan percakapan Ayub dengan salah seorang sahabatnya, yaitu Elifas. Kita tentunya memahami segala peristiwa yang menimpa Ayub. Di tengah-tengah kesuksesan dan keberhasilan yang dialaminya, Tuhan mengizinkan Ayub mengalami kesulitan dan kehilangan. Semua peristiwa tersebut pasti tidaklah mudah untuk dihadapi oleh Ayub.
Pada saat situasi sulit menghampirinya, Ayub pastilah membutuhkan dukungan dari orang lain. Salah satu dukungan yang dibutuhkan adalah dukungan secara mental. Akan tetapi, Ayub lupa, bahwa dukungan dari Tuhan lah yang terpenting. Oleh karena itu, Ayub justru kecewa dan mengeluh kepada Tuhan ketika ia harus mendengarkan perkataan teman-temannya.
Salah satu teman Ayub yang bercakap-cakap dengannya adalah Elifas orang Teman. Dalam percakapan tersebut, Elifas sedang meminta Ayub agar menerima masukan dan nasihat sahabat-sahabatnya. Sayangnya, justru nasihat dari Elifas malah mendatangkan murka Allah kepada dirinya sendiri, sebab yang dikatakan oleh Elifas tersebut tidaklah benar. Hal tersebut dapat dibaca di dalam Ayub 42:7.
Jadi, kita dapat mempelajari beberapa hal dari Ayub 4:1-2. Pertama, tidak ada salahnya bila kita mendengarkan nasihat dari orang lain tentang diri kita sendiri. Akan tetapi, kita perlu mengingat bahwa hendaklah setiap nasihat tersebut harus sesuai dengan kebenaran firman Allah. Jika tidak, maka nasihat tersebut bisa mendatangkan murka Allah.
Kedua, marilah kita tetap terus mengandalkan Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya di kala kesulitan menghampiri. Berhati-hatilah, jika sebagai anak-anak Tuhan kita justru lebih mengandalkan manusia, lebih mau mendengarkan nasihat manusia daripada mengandalkan dan mendengarkan suara Tuhan melalui Firman-Nya. Dengan demikian, kiranya nama Tuhan dipermuliakan dan hidup kita dapat menjadi berkat bagi sesama.
STUDI PRIBADI: Apakah kita masih tetap dapat mengandalkan Tuhan di kala kesulitan dan pergumulan berat menghampiri?
Pokok Doa: Berdoalah, agar kiranya kita tetap setia kepada Tuhan dan tetap bersandar penuh kepada Tuhan di kala pergumulan berat menghampiri.